Merdeka.com - Pada pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan, ada 12 sektor usaha yang diliberalisasi. Tujuh sektor perdagangan berkaitan dengan ekspor impor, ditambah lima sektor jasa yang terbuka untuk perpindahan tenaga kerja. Di masing-masing bidang itu, Indonesia masih memiliki kekurangan.
Lima sektor jasa yang terbuka untuk lapangan pekerjaan yakni transportasi udara, e-ASEAN, pelayanan kesehatan, turisme, dan jasa logistik. Kemudian, tujuh sektor perdagangan dan industri adalah produk berbasis pertanian, elektronik, perikanan, karet, tekstil, otomotif dan kayu.
Kelemahan signifikan yang masuk pantauan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) adalah sertifikasi dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Sebab terbuka peluang kebutuhan SDM di bidang-bidang itu, akan diisi warga negara ASEAN lainnya.
"Yang jelas kita local skill-nya kurang. Artinya kita harus cepat mengisi," ujar Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana saat membuka acara 'Tantangan Kependudukan, ketenagakerjaan dan SDM Indonesia menghadapi MEA 2015' di kantornya, Jakarta, Rabu (26/3).
Menurut dia, dari 12 sektor itu terdapat delapan bidang yang telah mencapai MRA (mutual recognition arrangement). Sehingga,sektor-sektor tersebut akan disertifikasi kompetensi tenaga kerjanya untuk saling diakui di ASEAN.
Delapan bidang kerja tersebut yakni, insinyur, perawat, arsitek, pariwisata, praktisi medis, dokter gigi dan akuntan. "Sektor 12, bidang keahlian ada 8 tapi harus memenuhi standar kompetensi dan diakui, dan sebaliknya. Jadi inilah yang potensial kerja di ASEAN," kata Armida.
Sedangkan dari sisi perekonomian, Indonesia tetap akan punya pengaruh bagi kawasan Asia Tenggara. Produk Domestik Bruto ditargetkan tetap konsisten di angka 5,8-6 persen. Potensi pasar di Tanah Air besar, didukung dengan PDB per kapita di atas 6 persen setelah 2014. Bappenas memprediksi akhir 2019, pendapatan per kapita penduduk Indonesia mencapai USD 7.000 per tahun. "Kita masih negara berpenghasilan menengah," kata Armida.
Lima sektor jasa yang terbuka untuk lapangan pekerjaan yakni transportasi udara, e-ASEAN, pelayanan kesehatan, turisme, dan jasa logistik. Kemudian, tujuh sektor perdagangan dan industri adalah produk berbasis pertanian, elektronik, perikanan, karet, tekstil, otomotif dan kayu.
Kelemahan signifikan yang masuk pantauan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) adalah sertifikasi dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Sebab terbuka peluang kebutuhan SDM di bidang-bidang itu, akan diisi warga negara ASEAN lainnya.
"Yang jelas kita local skill-nya kurang. Artinya kita harus cepat mengisi," ujar Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana saat membuka acara 'Tantangan Kependudukan, ketenagakerjaan dan SDM Indonesia menghadapi MEA 2015' di kantornya, Jakarta, Rabu (26/3).
Menurut dia, dari 12 sektor itu terdapat delapan bidang yang telah mencapai MRA (mutual recognition arrangement). Sehingga,sektor-sektor tersebut akan disertifikasi kompetensi tenaga kerjanya untuk saling diakui di ASEAN.
Delapan bidang kerja tersebut yakni, insinyur, perawat, arsitek, pariwisata, praktisi medis, dokter gigi dan akuntan. "Sektor 12, bidang keahlian ada 8 tapi harus memenuhi standar kompetensi dan diakui, dan sebaliknya. Jadi inilah yang potensial kerja di ASEAN," kata Armida.
Sedangkan dari sisi perekonomian, Indonesia tetap akan punya pengaruh bagi kawasan Asia Tenggara. Produk Domestik Bruto ditargetkan tetap konsisten di angka 5,8-6 persen. Potensi pasar di Tanah Air besar, didukung dengan PDB per kapita di atas 6 persen setelah 2014. Bappenas memprediksi akhir 2019, pendapatan per kapita penduduk Indonesia mencapai USD 7.000 per tahun. "Kita masih negara berpenghasilan menengah," kata Armida.
0 comments:
Post a Comment